Beranda | Artikel
Apa Maksud Kebinasaan Umat Pada Alquran dan Susu? - Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr #NasehatUlama
Selasa, 31 Mei 2022

Apa Maksud Kebinasaan Umat Pada Alquran dan Susu ? – Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr #NasehatUlama

Ini juga hadits yang sangat agung dalam pembahasan ini, hadits yang diriwayatkan Uqbah bin Amir. Rasulullah bersabda, “Aku khawatir pada umatku terhadap al-Quran dan susu.” “Aku khawatir pada umatku terhadap al-Quran dan susu.” Dan disebutkan dalam riwayat lain dari hadits ini, dan riwayat ini dishahihkan asy-Syaikh al-Albani:

Rasulullah bersabda, “Kebinasaan umatku ada pada al-Kitab (al-Quran) dan susu.” “Kebinasaan umatku ada pada al-Kitab…” yaitu al-Quran “…. dan susu.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan al-Quran dan susu?” Beliau menjawab, “Mereka mempelajari al-Quran lalu menakwilkannya dengan takwil yang tidak sesuai dengan apa yang Allah turunkan, dan mereka menyukai susu, sehingga mereka meninggalkan Shalat Jamaah dan Shalat Jumat, dan pindah ke pedalaman.”

Mereka tinggal di pedalaman dan meninggalkan Shalat Jumat dan Shalat Jamaah. Perhatikan di sini! Beliau bersabda, “Aku khawatir pada umatku…” dan dalam riwayat lain, “Kebinasaan umatku ada pada al-Quran dan susu.” Apakah mungkin al-Quran menjadi sebab kebinasaan? Beliau bersabda, “Kebinasaan umatku ada pada al-Quran …” Apakah mungkin al-Quran menjadi sebab kebinasaan? Ya! Ia mungkin menjadi sebab kebinasaan jika seseorang berbicara tentang al-Quran hanya bermodal akal dan pendapatnya semata, dan mulai menakwilkannya dengan takwil yang tidak sesuai dengan maknanya, sehingga dirinya tersesat dan menyesatkan orang lain, dan dirinya binasa dan membinasakan orang lain.

Maka Rasulullah ‘alaihis shalatu wassalam khawatir umatnya akan menempuh jalan seperti ini. Lalu bagaimana cara agar dapat aman di jalan ini? Apakah merasa aman orang yang memberanikan diri terhadap al-Quran, dan dia memahami al-Quran begitu saja tanpa merujuk pada riwayat? Apakah ia merasa aman dari termasuk golongan orang-orang yang dicela dalam hadits-hadits seperti ini dan dikhawatirkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Bahkan beliau bersabda, “Kebinasaan umatku ada pada hal itu.”

Perhatikan apa yang beliau sabdakan! Beliau bersabda, “Mereka mempelajari al-Quran …” Mereka tidak lalai terhadap al-Quran. Tidak! Namun mereka sibuk belajar, mengajar, dan membacanya. Mereka mempelajari al-Quran. Namun, kemudian mereka menakwilkannya dengan takwil yang tidak sesuai dengan maknanya. Jika seseorang hendak menakwilkan al-Quran sesuai dengan maknanya, maka ia membutuhkan as-Sunnah (Hadits), dan membutuhkan pemahaman para sahabat Nabi, karena merekalah yang pertama-tama menerima al-Quran dan mendapatkannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia membutuhkan hal tersebut.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lalu ia menakwilkan al-Quran dengan takwil yang tidak sesuai dengan makna sebenarnya, dan mendebat banyak orang dengannya.” Dan perkara kedua adalah susu. Susu adalah salah satu minuman paling nikmat. Susu adalah salah satu minuman paling nikmat. “… susu yang bersih dan mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS. An-Nahl: 66)

Susu adalah salah satu minuman yang paling nikmat dan paling segar. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga khawatir umatnya akan binasa karena susu, dan menyukai hewan-hewan yang menjadi penghasil susu, sehingga ia pergi dan mengikuti hewan-hewan ini, serta tinggal bersamanya, sehingga ia tidak lagi ke masjid, dan meninggalkan Shalat Jumat dan Shalat Jamaah, serta meninggalkan ilmu dan kebaikan.

Maka itu menjadi sebab kebinasaan baginya. Beliau bersabda, “… Dan mereka menyukai susu, sehingga mereka tinggal di pedalaman, dan meninggalkan Shalat Jamaah dan Shalat Jumat, dan mengikuti dorongan syahwat, serta meninggalkan shalat.” Mereka sibuk dengan berbagai kenikmatan dunia ini, sehingga terlalaikan dari Shalat Jumat dan Shalat Jamaah, serta ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ibnu Abdil Barr rahimahullah menulis judul bab bagi hadits ini, judul bab yang aku ingin agar kita memperhatikannya. Bab yang begitu penting. Beliau berkata, “Bab tentang orang yang menakwilkan al-Quran atau mentadaburinya, sedangkan dia bodoh terhadap as-Sunnah.” Bab tentang orang yang menakwilkan al-Quran atau mentadaburinya, sedangkan ia bodoh terhadap as-Sunnah. Dengan judul ini, beliau rahimahullahu Ta’ala menulis babnya. Orang yang menakwilkan dan mentadaburi al-Quran ini, sedangkan ia bodoh terhadap as-Sunnah, sebabnya adalah karena ia lalai dari firman Allah, “Agar kamu menjelaskannya …” Ya, selanjutnya? “… pada manusia, apa yang telah diturunkan pada mereka.” (QS. An-Nahl: 44)

Seseorang dalam mentadaburi dan memahami al-Quran, tidak mungkin ia dapat lepas dari Sunnah Nabi yang mulia shalawatullahi wa salamuhu wa barakatuhu ‘alaihi. Demikian.

================================================================================

هَذَا أَيْضًا حَدِيثٌ عَظِيمٌ جِدًّا فِي هَذَا الْبَابِ حَدِيثُ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ

يَقُولُ أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْقُرْآنَ وَاللَّبَنَ

أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْقُرْآنَ وَاللَّبَنَ

وَجَاءَ فِي بَعْضِ الرِّوَايَاتِ لِلْحَدِيثِ وَهِيَ رِوَايَةٌ صَحَّحَهَا الشَّيْخُ الْأَلْبَانِيُّ

قَال هَلَاكُ أُمَّتِي فِي الْكِتَابِ وَاللَّبَنِ

هَلَاكُ أُمَّتِي فِي الْكِتَابِ يَعْنِي الْقُرْآنِ وَاللَّبَنِ

قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا الْكِتَابُ وَاللَّبَنُ؟

قَالَ يَتَعَلَّمُونَ الْقُرْآنَ فَيَتَأَوَّلُوْنَهُ عَلَى غَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللهُ

وَيُحِبُّونَ اللَّبَنَ فَيَدَعُونَ الْجَمَاعَاتِ وَالْجُمَعَ وَيَبْدُوْنَ

يَسْكُنُونَ الْبَادِيَةَ وَيَتْرُكُونَ الْجُمَعَ وَالْجَمَاعَاتِ

انْتَبِهْ هُنَا

يَقُولُ أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي فِي الرِّوَايَةِ الْأُخْرَى قَالَ هَلَاكُ أُمَّتِي

فِي الْقُرْآنِ وَاللَّبَنِ

أَيُمْكِنُ أَنْ يَكُونَ الْقُرْآنُ سَبَبًا لِلْهَلَاكِ؟

قَالَ هَلَاكُ أُمَّتِي فِي الْقُرْآنِ

أَيُمْكِنُ أَنْ يَكُونَ سَبَبًا فِي الْهَلَاكِ؟ نَعَمْ

يُمْكِنُ أَنْ يَكُونَ سَبَبًا فِي الْهَلَاكِ إِذَا خَاضَ الْإِنْسَانُ فِيهِ بِعَقْلِهِ وَبِرَأْيِهِ الْمُجَرَّدِ

وَأَخَذَ يَتَأَوَّلُ يَتَأَوَّلُهُ عَلَى غَيْرِ مَا أُنْزِلَ عَلَى غَيْرِ مَعْنَاهُ

فَيَضِلُّ وَيُضِلُّ

فَيَهْلَكُ وَيُهْلِكُ

فَكَانَ يَخَافُ عَلَى أُمَّتِهِ مِثْلَ هَذَا الْمَسْلَكِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ

إِذَنْ كَيْفَ يَكُونُ الْأَمْنُ فِي هَذِهِ الطَّرِيقَةِ؟

هَلْ يَأْمَنُ عَلَى نَفْسِهِ مَنْ يُجَرِّئُهَا عَلَى الْقُرْآنِ يَفْهَمُ هَكَذَا مِنَ الْقُرْآنِ بِدُونِ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى مُسْتَنَدٍ؟

أَيَأْمَنُ عَلَى نَفْسِهِ أَنْ يَكُونَ مِنْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ جَاءَ ذَمُّهُمْ فِي مِثْلِ هَذِهِ الْأَحَادِيثِ وَخَافَ عَلَيْهِمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَقَالَ هَلَاكُ أُمَّتِي فِي ذَلِكَ

لَاحِظْ مَاذَا قَالَ؟ قَالَ

يَتَعَلَّمُونَ الْقُرْآنَ

لَيْسُوا تَارِكِيْنَ لِلْقُرْآنِ لَا مُشْتَغِلِيْنَ بِتَعَلُّمِهِ وَمُدَارَسَتِهِ وَقِرَاءَتِهِ يَتَعَلَّمُونَ الْقُرْآنَ

فَيَتَأَوَّلُوْنَهُ عَلَى غَيْرِ مَا أُنْزِلَ

إِذَا أَرَادَ الْإِنْسَانُ أَنْ يَتَأَوَّلَ الْقُرْآنَ عَلَى مَا أُنْزِلَ

يَحْتَاجُ إِلَى السُّنَّةِ يَحْتَاجُ إِلَى فَهْمِ الصَّحَابَةِ

حَدِيثُوا الْعَهْدِ بِالْقُرْآنِ وَتَلَقَّوْهُ عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ

يَحْتَاجُ إِلَى ذَلِكَ

قَالَ فَيَتَأَوَّلُونَ عَلَى غَيْرِ مَا أُنْزِلَ وَيُجَادِلُوْنَ النَّاسَ بِهِ

وَالثَّانِيَةُ اللَّبَنُ اللَّبَنُ مِنْ أَطْيَبِ الشَّرَابِ

اللَّبَنُ مِنْ أَطْيَبِ الشَّرَابِ

لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِيْنَ

مِنْ أَطْيَبِ الشَّرَابِ اللَّبَنُ وَأَهْنَئِهِ

فَكَانَ أَيْضًا يَخَافُ عَلَى أُمَّتِهِ الْهَلَاكَ بِاللَّبَنِ

بِحَيْثُ يَتَوَلَّعُ الْإِنْسَانُ وَيَشْتَدُّ شَغَفُهُ بِاللَّبَنِ

وَالْمَاشِيَةِ الَّتِي يُسْتَخْرَجُ مِنْهَا اللَّبِنُ

فَيَذْهَبُ وَيَتْبَعُ هَذِهِ الْمَاشِيَةَ وَيَبْقَى مَعَهَا

فَيَهْجُرَ الْمَسَاجِدَ وَيَهْجُرَ الْجُمَعَ وَيَهْجُرَ الْجَمَاعَاتِ وَيَتْرُكَهَا

وَيَتْرُكَ الْعِلْمَ وَيَتْرُكَ الْخَيْرَ

فَيَكُونُ ذَلِكَ هَلَاكًا لَهُ يَكُونُ ذَلِكَ هَلَاكًا لَهُ

قَالَ وَيُحِبُّوْنَ اللَّبَنَ فَيَبْدُوْنَ أَيْ يَسْكُنُوْنَ الْبَادِيَةَ وَيَتْرُكُونَ الْجَمَاعَاتِ وَالجُمُعَاتِ

وَيَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ وَيَتْرُكُونَ الصَّلَوَاتِ

يَنْشَغِلُوْنَ بِهَذِه الْمَلَذَّاتِ الدُّنْيَوِيَّةِ فَيَنْشَغِلُوْنَ عَنِ الْجُمَعِ وَالْجَمَاعَاتِ وَطَاعَةِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

هَذَا الْحَدِيثُ بَوَّبَ لَهُ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ رَحِمَهُ اللهُ

بَابًا أَوَدُّ أَنْ نَنْتَبِهَ لَهُ

بَابٌ مُهِمٌّ

يَقُولُ بَابٌ فِي مَنْ تَأَوَّلَ الْقُرْآنَ

أَوْ تَدَبَّرَهُ وَهُوَ جَاهِلٌ بِالسُّنَّةِ

بَابٌ فِي مَنْ تَأَوَّلَ الْقُرْآنَ أَو تَدَبَّرَهُ وَهُوَ جَاهِلٌ بِالسُّنَّةِ

بِهَذَا بَوَّبَ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

وَهَذَا الَّذِي يَتَأَوَّلُ الْقُرْآنَ وَيَتَدَبَّرُهُ وَهُوَ جَاهِلٌ بِالسُّنَّةِ

سَبَبُ ذَلِكَ غَفْلَتُهُ عَنْ قَوْلِ اللهِ لِتُبَيِّنَ

نَعَم؟

لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ

لَا غُنْيَةَ لِلْإِنْسَانِ فِي تَدَبُّرِ الْقُرْآنِ وَفَهْمِ الْقُرْآنِ عَنْ سُنَّةِ النَّبِيِّ

الْكَرِيمِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْهِ نَعَمْ

 


Artikel asli: https://nasehat.net/apa-maksud-kebinasaan-umat-pada-alquran-dan-susu-syaikh-abdurrazzaq-al-badr-nasehatulama/